Di suatu tempat yang jauh diatas langit, ada sebuah negeri tempat tinggal para bidadari yang disebut Khayangan. Disana bidadari cantik melakukan aktifitas sehari – hari, pagi hari mereka keluar dari peraduan untuk berendam di danau yang airnya beraroma bunga. Bersenda gurau, saling mencipratkan air, ngerumpiin dewa-dewa dan bersenandung dengan riang. Kemudian mereka keluar dari air dan menyisir rambut panjang yang lembut, berkilau dan harum. Di negeri yang sangat indah itulah Shelina tinggal.
Biarpun hidup di Khayangan sangat menyenangkan, Shelina sangat tertarik dengan kehidupan lain di bumi, rasa ingin tahunya yang besar akan negeri selain tempatnya tinggal membuat Shelina sering melihat-lihat tempat dibumi. Untuk berhubungan dengan bumi bidadari bisa melihat melalui kelopak bunga. Shelina suka melihat laut, gunung, hutan, sungai, gedung, dan apapun yang tampak di kelopak bunga. Suatu hari Shelina melihat bangunan yang sangat indah, terbuat dari kaca dengan detail unik di sana sini. Di mana-mana ada bunga mawar yang membuat bangunan itu terlihat manis. Saat Shelina mengamati keindahannya dalam diam, ada pesan yang muncul di kelopak bunganya.
Istana kaca : Hi..
Shelina : Hi juga..
Istana kaca : asl please..
Shelina : 24, f, khayangan. U?
Istana kaca : 29, m, bumi. Khayangan? Di manakah itu?
Shelina : kalau kamu memandang keatas, jauh diatas langit, ada negeri yang bernama khayangan. Disini tempat bidadari dan dewa tinggal.
Istana kaca : cam dong.. aku ingin bisa melihatmu :-)
Shelina : di sini aku melihatmu dari kelopak bunga, jadi aku gak punya camera :-D namaku Shelina, aku bidadari :-)
Istana kaca : wah.. nama yang indah, pasti kamu bidadari yang jelita ;-)
Shelina : :-) terima kasih. Bagaimana aku memanggilmu?
Istana kaca : aku Istana kaca.
Ternyata Istana kaca adalah teman yang menyenangkan, setiap hari Shelina menunggu saat-saat bisa bercakap-cakap dengannya, mereka sering bertukar cerita. Shelina jadi tahu banyak hal, rasa keingintahuannya terhadap kehidupan diluar khayangan terpenuhi sudah. Sehari saja mereka tidak bertemu, Shelina merasakan rindu yang amat sangat. Hingga suatu hari, Istana kaca memintanya turun ke bumi. “Seandainya aku bisa terbang, aku pasti akan naik ke tempat tinggalmu” kata Istana Kaca. Shelina ingin sekali, tetapi bidadari yang turun ke bumi tak bisa lagi kembali ke khayangan. “Kamu bisa tinggal di sini bersamaku” Istana Kaca meyakinkannya. Shelina memutuskan untuk pergi, meninggalkan negerinya, meninggalkan bidadari-bidadari lain.
“Shelina, bidadari diciptakan untuk para Dewa, bukan untuk turun ke bumi. Kamu akan menyesal nanti” kata salah satu bidadari padanya. Shelina hanya tersenyum, mengembangkan selendangnya dan terbanglah ia ke bumi.
Pemandangan yang tampak sepanjang perjalanan sangat mengagumkan, Shelina melihat semua yang pernah di ceritakan Istana Kaca. Dari bumi dia bisa melihat langit, sesuatu yang tak pernah bisa dilihatnya dari khayangan. Tapi Shelina juga terkejut dengan apa yang didapatinya di bumi, banyak hutan gundul yang kering, sungai-sungai yang keruh, dan udara yang tidak bening lagi. Kenapa Istana Kaca tidak pernah menceritakan semua itu, dia hanya menceritakan yang bagus dan indah. Akhirnya Istana Kaca mulai terlihat di kejauhan, terlihat persis sama dengan yang pernah dilihatnya di kelopak bunga, bahkan lebih indah. Ada tumbuhan mawar yang merambat sampai ke menara, menyelimuti dinding kacanya yang memantulkan warna langit, mempesona. Shelina tersenyum, oh mungkin dia sudah jatuh cinta, dia merasa riang sekali, akhirnya dia bisa bertemu dengan Istana Kaca. Shelina memejamkan matanya, kakinya mulai menapak di rerumputan yang terasa lembut di kulitnya. Saat itu juga selendangnya berubah menjadi sekawanan kupu-kupu beraneka warna, berjumlah ribuan, terbang bagai menari, lalu satu persatu meninggalkannya. Kupu-kupu berterbangan mengelilingi Istana Kaca, hinggap di kelopak mawar yang merekah menambah semarak suasana. Shelina menghela nafas, dia sudah kehilangan selendangnya, dia tak bisa terbang, dia bukan lagi bidadari.
~*~*~*~
“Hai, aku Shelina..”
“Hai.. Aku Istana Kaca, aku sedang menunggu bidadariku, namanya Shelina juga, bukannkah suatu kebetulan yang menyenangkan kalau nama kalian sama. Dari manakah asalmu puteri?” Shelina mengerutkan kening, dia jadi bingung. Kenapa Istana Kaca tidak mengenalinya? Oh tentu saja, bukankah dia belum pernah melihat parasnya.
“Shelinaku pasti secantik kamu puteri. Aku sudah membayangkan dia hadir disini, dengan selendangnya, karena dia adalah bidadari. Aku berharap dia membawaku terbang suatu saat nanti.” Ada getar bahagia dalam suara Istana Kaca. Shelina tidak ingin merusaknya, dia hanya diam, gelisah karena langit mulai gelap.
“Hari sudah malam puteri, kemanapun kau akan pergi sebaiknya kau lanjutkan besok. Masuklah, kau boleh tinggal disini malam ini.” Shelina menerima tawaran itu. Dia akan mengatakan pada Istana Kaca nanti, bahwa dia kehilangan selendangnya, bahwa dia adalah bidadari yang sedang dinantinya.
Mereka menghabiskan waktu bersama semalaman, berbicara tentang hidup, berbicara tentang dunia, berbicara tentang hari esok, berbicara tentang segalanya. Shelina semakin mengagumi Istana Kaca, bersamanya waktu terasa cepat berlalu, mereka tertawa bersama. Shelina merasa sangat nyaman, seandainya ia bisa menjalani hidup seperti ini selamanya. Pagi hampir menjelang saat mereka sudah lelah. Istana Kaca berkata, “Puteri, kamu pasti lelah, istirahatlah. Aku senang menghabiskan waktu bersamamu. Aku berharap Shelinaku akan secantik kamu. Aku berharap bisa merasa senyaman ini saat bersamanya.”
“Istana Kaca, bagaimana seandainya Shelinamu tidak datang? Bagaimana kalau ternyata dia bukan lagi bidadari?” “Tidak mungkin Puteri, Shelinaku pasti datang, dia akan berada didepanku dengan senyum jelitanya, dengan selendang bidadarnya, dia akan mengajakku terbang. Dia bidadari.” Istana Kaca bersikukuh.
“Tahukah kamu, bidadari akan kehilangan sayapnya saat dia menapak ke bumi, sayap itu akan berubah menjadi kupu-kupu. Dia tak akan bisa kembali ke Khayangan, dia akan menjadi manusia biasa. Dia tak bisa terbang,” Shelina hampir menangis mengatakannya.
Istana Kaca tergelak, “Oh puteri, jangan bercanda seperti itu lagi, kau membuatku ngeri, bagaimana kau bisa mengarang cerita seperti itu? Bidadari akan tetap menjadi bidadari, bidadari bisa terbang dan bidadari tidak mungkin kehilangan selendangnya. Aku akan menunggunya.” “Istirahatlah puteri, terima kasih , aku senang bersamamu malam ini.” Entah kenapa Shelina merasakan nyeri, ada yang teluka jauh di relung hatinya. Tapi dia hanya tersenyum dan mulai menutup mata.
~*~*~*~
Pagi itu Shelina memutuskan untuk pergi, meninggalkan Istana Kaca yang masih menanti bidadarinya. Dia melangkah pergi dengan meninggalkan senyum manisnya. Biarlah Istana Kaca masih menyimpan harapan untuk bertemu bidadarinya. Di sekeliling Istana Kaca kupu-kupu yang merupakan jelmaan dari selendangnya terbang dengan riang.
Shelina belajar sesuatu tentang cinta, cinta bisa datang secepat cahaya, membuat kita tak kuasa untuk mengontrol hati kita, membuat kita bersedia mengorbankan banyak hal untuk cinta. Cinta bisa pergi secepat badai, hanya karena suatu sebab cinta bisa kehilangan rasa. Bila rasa itu begitu cepat datang dan pergi, layakkah dia disebut cinta? Entahlah, semua itu begitu membingungkan. Kelopak bunga tak selalu jatuh ke tanah, kadang dia akan terbang bersama angin. Embun tak selalu melekat direrumputan.
:: Special thanks to someone, u give me a nice inspiration ::